Text
Naskah Naskah Tauhid di Indonesia Bagian Barat dan Kekayaan Khazanah Karya Karya Ulama Indonesia
KATA PENGAT%TARrnPuji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,rnkami dapat menghadirkan beberapa hasil penelitian yang telahrndilakukan oleh para peneliti bidang lektur agama dan khazanahrnkeagamaan di Balai Penelitian dan Pengembangan Agarha Jakarta,rnyang saat ini berada di hadapan pembaca.rnPenelitian mi bertema besar Naskah-Naskah Tauhid dirnIndonesia Bagian Barat yang telah dilakukan pada tahun 2013rnini, mengambil beberapa daerah yang menfadi ilayah kerjarnBalai Penelitian dan Pengembangari Agama Jakarta, yakni Aceh,rnSumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bantenrndan Jawa Barat. Tentu saja mengingat berbagai ktterbataan, tidakrnsemua naskah yang ada di masyarakat dapat dipotre( oleh pararnpeneliti. Hasil penelitian ini perlu dilaporkan dan diterbitkan dalamrnbuku di tangan pembaca agar dapat dijangkau oleh masyarakatrndalam skala lebih luas karena beberapa alasan berikut:rnMempertimbangkan perkembangan kajian-kajian IslamrnNusantara, hingga kini ada bidang kajian yang sesungguhnyarnpotensial dan menarik tetapi belum mendapat perhatian serius danrnkalangan akademisi kajian Islam (Islamic studies). Bidang tersebutrnadalah kajian Islam yang berbasiskan pada manusksip-manuskriprnIslam Nusantara. !rnYang dimaksud dengan manuskrip di smi adalah semuarnrekaman informasi yang ditulis tangan oleh seseorang tiga sampairnNASKAH-NASKAH TAUHID DI INDONESIA BAGIAN BAITII V empat ratus tahun yang lalu. Pengertian ‘manuskrip’ dalam konteksrnini merupakan lawan kata dokumen yang diproduksi melalui mesinrncetak atau alat sejenis.rnBerdasarkanpenelitian awal atas sejumlah koleksi, manuskriprnIslam Nusantara memang dijumpai dalam jumlah besar, dan ditulisrndalam berbagai bahasa lokal seperti Melayu, Jawa, Sunda, Wolio,rndan lainnya, selain tenth saja manuskrip berbahasa Arab.rnUmumnya, secara fisik manuskrip-manuskrip tersebut kinirndalam kondisi memprihatinkan dan sangat rentan mengalamirnkemusnahan, baik karena faktor alam maupun akibat kecerobohanrnmanusia.rnKajian terhadap manuskrip-manuskrip Islam Nusantararnmempunyai beberapa keuntungan strategis sekaligus:rnPertama, dapat menggali kekhasan serta dinamika Islamrndan masyarakat Muslim lokal, karena manuskrip Islam Nusantara,rnselain menggunakan bahasa Arab, ditulis dalam berbagai bahasarnlokal seperti Aceh, Bali, Batak, Belanda, Bugis-Makasar-Mandar,rnJawa & Jawa Kuna, Madura, Melayu, Minangkabau, Sanskerta,rnSasak, Sunda dan Sunda Kuna, Ternate, Wolio, Bahasa-bahasarnIndonesia Timur, Bahasa-bahasa Kalimantan, dan Bahasa-bahasarnSumatra Selatan, sehingga mengkajinya berarti akan menjadirnsemacam ‘jalan pintas’ untuk mengetahui pola-pola hasil interaksirndan pertemuan Islam dengan budaya-budaya lokal di Nusantara,rnyang tentunya menjadi kekayaan intelektual tersendiri.rnKedua, kajian atas manuskrip-manuskrip Islam Nusantararndengan sendirinya akan menjadi bagian dan upaya pelestarianrn(preservation) benda cagar budaya Indonesia demi menjaga idenrntitas kemajemukan, kebangsaan, dan menjamin keberlangsunganrntransmisi pengetahuan yang telah diwariskan sejak ratusan tahunrnlalu.rnKetiga, keberhasilan memetakan kejayaan tradisi intelektualrnIslam Nusantara pada gilirannya dapat menunjukkan kepadarndunia internasional bahwa Nusantara bukanlah wilayah pinggiranrn(peripheral part), melainkan bagian tak terpisahkan (integral part),rndañ dunia Islam secara keseluruhan. Sejarah Kebudayaan Indonesia selama berabad-abad telahrnmewariskan khazanah tertulis berupa manuskrip-manuskriprnNusantara yang jumlahnya sangat berlimpah. Merujuk padarnUndang-undang Cagar Budaya No. li Tahun 2010, sebuahrnmanuskrip tulisan tangan dapat dikategorikan sebagai benda cagarrnbudaya bila telah berusia minimal 50 (lima puluh) tahun, sertarnmemiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,rnagama, dan/atau kebudayaan.rnKandungan isi manuskrip Nusantara sendiri memang sangatrnluas dan tidak terbatas pada kesusastraan saja, tetapi mencakuprnberbagai bidang lain seperti agama, sejarah, hukum, politikrnkesultanan, resolusi konflik, adat istiadat, obat-obatan, teknik, danrnlain-lain, sehingga akan sangat relevan sebagai bahan pengetahuanrnumum dalam dunia pendidikan di Indonesia.rnSejumlah upaya inventarisasi dan katalogisasi berkaitan denrngan dunia pernaskahan Nusantara yang dilakukan belakangan inirnmenunjukkan bahwa kategori manuskrip keagamaan Islam (Islamicrnmanusripts) terdapat dalam jumlah besar, dan dijumpai dalam berrnbagai bidang keilmuan Islam, seperti tafsir, hadis, tâuhid, fikih, tarnsawuf, kalam, dan lain-lain.rnTerbukti pula bahwa jaringan lembaga pendidikan Islamrntradisional, seperti surau di Minangkabau, dayah di Aceh, danrnpesantren di Jawa, ternyata juga menyimpan khsanah rnanuskriprnkeagamaan Islam tersebut dalam berbagai bahasa, seperti Arab,rnMelayu, Jawa, Sunda, dan bahasa-bahasa lokal Indonesia lainnya.rnNamun demikian informasi tentang kekayaan khasanahrnmanuskrip Islam Nusantara ini belum banyak diketahui. Adarnbeberapa sebab tentang hal ini.rnPertama, kurangnya penelitian-penelitian yang mendalamrntentang kekayaan khazanah manuskrip Islam Nusantara oleh sarrnjana-sarjana Indonesia sendiri yang sesungguh-nya memiliki pengrnetahuan memadai, baik berkaitan dengan bahasa lokal yang digunarnkan maupun substansi keilmuan di dalamnya;rnKedua, mungkin saja sudah ada sejumlah kaj ian yang telahrndilakukan, namun hasil kajian tersebut tidak dipublikasikan dan kemudian dikomunikasikan menggunakan bahasa dunia akademikrninternasional;rnKetiga, belum adanya sebuah pusat kajian Islam yangrnmemberikan perhatian pada kajian manuskrip Islam Nusantararnsecara komprehensif, dikelola secara profesional, serta melakukanrnkajian terus menerus, dan akhimya dapat dijadikan sebagai rujukanrnpara sarjana dalam mengkaji manuskrip Islam Nusantara;rnKeempat, masih minimnya dukungan finansial untuk upayarnupaya pelestarian khasanah manuskrip Islam Nusantara semacarnrnini, sehingga minat masyarakat akademik untuk menekuninya punrnsangat rendah dan mengalami kendala.rnDalam hal ini, banyak sarj ana Muslim Nusantara yangrnsesungguhnya memiliki potensi untuk masuk dalam kajian IslamrnNusantara yang berbasiskan pada manuskrip tersebut, setidaknyarnkarena dua alasan:rnPertama, para sarjana Muslim Nusantara merupakan sumberrndaya manusia (human resources) yang memiliki potensi besar dalamrnmemadukan kajian bidang-bidang keislaman dengan bidang umumrntermasuk Budaya dan Humaniora. Potensi tersebut ditunjang olehrnkenyataan bahwa sebagian mereka berasal dan sebuah komunitasrnyang memiliki akar keilmuan Islam di pesantren-pesantren danrnmadrasah, sehingga sangat menguasai topik-topik yang dibahasrndalam literatur Islam klasik, termasuk dalam manuskrip-manuskriprnIslam Nusantara.rnKedua, banyak sarjana Muslim Nusantara memilikirnkemampuan bahasa yang banyak digunakan dalam manuskrip,rnyakni bahasa Arab. Apalagi berbagai manuskrip dalam bahasarndaerah pun umumnya ditulis dengan aksara Arab (Jawi dan Pegon),rnsehingga penguasaan atas aksara dan bahasa tersebut menjadirnsangat penting. Sejauh ini, minimnya penguasaan para filologrnyang umumnya berlatar belakang pendidikan umum— terhadaprnbahasa Arab seringkali menjadi faktor penghambat dilakukannyarnpenelitian atas manuskrip-manuskrip Islam tersebut, sehingga tidakrnmengherankan jika puluhan ribu manuskrip Nusantara berbahasarnArab lebih banyak “ditelantarkan”.Akhirnya, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikanrnkontribusi terhadap hal-hal yang dilakukan tersebut. Untuk itu,rnsebagai bahan perbaikan, kami menerima saran dan kritik yangrnkonstruktifdari para pembaca sekalian.rnSelamat membaca!
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain