Text
Pesantren Modern
MODERNITAS PESANTREN:rnASPEK YANG TIDAK PERNAHrnTERTINGGALKANrnOleh: Anik FaridarnPembaharuan atau modernisasi pesantren merupakan isu lamarntetapi selalu “baru”. Benar, bahwa wacana pembaharuan ataurnmodernisasi adalah isu lama, karena telah dilakukan oleh pesantrenrnpada awal abad 19, saat pesantren dihadapkari pada modernisasi sistemrnpendidikan yang diperkenalkan oleh pemerintahan Hindhia Belandarndengan politik etisnya. Sistem kiasikal merupakan gejala môdernitasrnpaling awal yang diperlthatkan oleh pesantren. Sejumlah adaptasi,rnpenyesuaian (adjustment), bahkan eksperimentasi terus dilakukan olehrnpesantren, menembus batas ruang dan waktu. Kita mendapati, ketikarnmasa-masa awal kemerdekaan, memasuki orde lama hingga orde barurnpesantren mulai memasukkan subject umum di dalam kurikulumnya.rnTak hanya itu beberapa pesantren juga mulai memasukkanrnpendidikan keterampilan (vocational) di dalam kurikulum ekstranya,rnsehingga kita bisa mengenal pesantren Darul Fallah yang popularrndengan sebutan sebagai pesantren agribisnis misalnya.rnModernisasi terus dilakukan oleh pesantren sebagai salah saturnelemen civil society memasuki era reformasi. Dalam masa transisirndemokrasi, pesantren dengan segenap kapasitasnya merespon isu-isurndemokrasi. Tema-tema demokrasi diwacanakan di pesantren melaluirnsejumlah kegiatan workshop, capacity building dan sebagainya. Untukrnmendiskusikan tema-tema tersebut, tentunya pesantren harusrnmembuka teks rujukan: kitab kuning, sambil mulai membukarnwawasan baru tentang isu-isu kontemporer yang berkembang dirnmasyarakat. Athasil, ada perkembangan — untuk tidak menyebutkanrnpenyesuaian- pemikiran keagamaan yang lahir dan muncul. Dalamrnkonteks ini maka pesantren juga sedang melakukan upayarnmemoderasi pemikiran keagamaan. Penelitian Balai Litbang tahunrn2003 menunjukkan bahwa sejumlah pesantren yang dijadikan sebagaiunit analisis penelitian memperlihatkan responnya terhadap isu-isurnkontemporer dalam ranah demokrasi.rnPerubahan, pembaharuan dan modernisasi terus dilakukan,rnhingga saat ini. Dalam konteks ini maka isu modernisasi bukanrnsebuah isu lama atau usang, karena memang, pesantren tidak pernahrnjalan di tempat atau stagnan. Pesantren adalah sebentuk ruangrnlaboratorium, di mana setiap pemikiran dikaji dan diuji ulang. Dalamrnproses berdialog dengan konteks kekinian atau modernitas tidakrnmenutup kemungkinan bahwasaya tradisi lama sebagai warisan masarnlalu seringkali masih tetap dihadirkan, meskipun dalam “framernkekinian”. Proses dialog secara terus menerus pesantren dengan duniarnluar menjadi faktor penting mengapa pesantren tetap bisa survivernhingga saat ini. Hanya dengan cara demikian “ mengambil hal barnrnyang lebih baik, dan mengembangkan tradisi lama yang masih cukuprnpotensial”, maka problem krisis santri atau tergusurnya pesantrenrnsebagai lembaga pendidikan Islam tidak terjadi. Deskripsi singkatnyarnadalah, dalam menghadapi tantangan modernitas para eksponenrnpesantren bukannya secara tergesa-gesa mentransformasikanrnkelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan modernrnsepenuhnya, karena mereka menerima pembaharuan (modernisasi)rndengan tetap mempertahankan kebijaksanaan hati-hati.rnTulisan-tulisan yang disajikan dalam Penamas edisi kali inirnmengungkap aspek atau corak modernitas yang diperlihatkan olehrnpesantren yang menyebut dirinya sebagai pesantren moderen. Sebagairnsebuah kajian, diharapkan berbagai tulisan ini akan memberikanrnpemahaman baru atau memperkaya pemahaman lama tentangrnpesantren sebagai sebuah entitas. Karena, siapapun yang hendakrnmengkaji Islam di Indonesia belumlah lengkap kiranya bilarnmengabaikan keberadaan pesantren. Alasannya adalah karenarnpesantren dalam derajat tertentu, memiliki dinamika dan kontribusirnyang cukup tinggi dalam merajut Islam Indonesia.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain