Text
Inventarisasi Karya Ulama Di Lembaga Pendidikan Keagamaan
Inventarisasi karya ulama diadakan di lima provinsi, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra Selatan, dan Aceh. Peneliti menginventarisasi 302 karya ulama, yaitu 67 karya ulama Sulawesi Selatan, 53 karya ulama Jawa Timur, 62 karya ulama Jawa Tengah, 29 karya ulama Jawa Barat, 60 karya ulama Sumatera Selatan, dan 31 karya ulama Aceh, Dilihat dan bidang kajian, bidang fikih terabanyak, 100 buku (33.11%), menyusul bahasa 45 (14.90 %), tasawuf 37 (12.25 %), Akhlak 26 (8.27 %), tauhid 25 (8.27 %), Tafsir 24 (7.94 %), hadist 14 (4.63%), Sirah 16 (5.29 %), dan doa 9 (2.98 %) Dalam menulis, ulama menggunakan 4 bahasa dalam menuangkan pemikirannya yaitu, bahasa Arab, lokal/daerah, Melayu dan Indonesia, bahasa Arab lebih banyak diguriakan daripada bahasa lainnya. Penggunaan bahasa Arab, tampaknya merupakan kelaziman dalam penulisan kitab yang akan digunakan di pesantren, orang orang pesantren (kyailsantri) telah terbiasa dengan bahasa tersebut karena selunih kitab-kitab yang dikaji di lingkiingan pesantren khususnya pesantren salafiyah adalah rnenggimakan bahasa Arab. Bahasa Arab bukan satu-satunya dalam penulisan karya ulama yang ada, hahasa kedua yang digunakan dalam karya keagamaan para ulama adalah bahasa Melayu. Bahasa ini mirip dengan bahasa indonesia dan wilayah penyebarannya lebih luas dan bahasa Indonesia pada saat ini, sebut saja Malaysia, Singapura, Fatani dan Indonesia (khususnya bagian barat wilayah Indonesia) menggunakan dialek bahasa Melayu. Untuk itu tidak sedikit karya ulama Indonesia yang mengunakan bahasa Melayu beredar di wilayah-wilayah tersebut. Bahasa ini pada umumnya digunakan dalam bentuk uraian atau prosa dalam rangka menguraikan satu permasalahan atau mensyarahkan pemah yang dinukil dan beberapa kitab. Selain dua bahasa tersebut ada dua bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ulama yaitu bahasa daerah lokal dan bahasa Indonesia...
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain