Text
Konsepsi Manunggaling Kawula Gusti Dalam Kesusasteraan Islam Kejawen
Sastra keagamaan (Islam) yang paling banyak ditulis oleh masyarakat Jawa pada masa peralihan dan masa Hindu ke Islam adalah sastra suluk, suatu karya yang menjadi bahan ajar untuk mengajarkan dan menyebarluaskan agama Islam. Dengan demikian karya ini menjadi penting untuk menyingkap sejarah pemikiran Islam pada masa tersebut. Untuk itu karya sastra ini perlu diteliti kandungannya. Dalam penelitian ini ada dua tahapan yang penulis lakukan. Untuk kritik teks, penulis mengandalkan naskah Suluk Sujinah yang berkode KBG 414. Teks dalam naskah tersebut kemudian dialihaksarakan dalam huruf latin dengan seteliti-telitinya tanpa ada perubahan sedikitpun di dalamnya. Teks asli yang direproduksi secara fotografis biasa disebut dengan faksimil. Setelah kritik teks, penulis melakukan analisis isi kandungan Suluk Sujinah dengan menggunakan metode hermeneutika, suatu metode yang mula-mula digunakan untuk menafsirkan karya-karya otoritatif, khususnya kitab suci. Metode hermeneutika ini dipilih, karena dalam suluk ini banyak dijumpai kata-kata, kalimat-kalimat dan ungkapan ungkapan yang tidak bisa dipahami kecuali dengan metode tersebut. Dalam masalah ini penulis Suluk Sujinah mengajarkan bahwa Allah adalah wujud yang sebenamya. Sedangkan lainnya adalah wujud bayangan yang tidak nyata. Selanjutnya diterangkan bahwa sesungguhnya Allah itu satu-satunya wujud, yang tidak mempunyai batas dan bentuk. Namun Ia menampakkan diri dan bertajalli dalam bentuk batasan dengan tanpa berubah dan keadaan-Nya semula yang tidak berbentuk dan berbatas. Wujud-Nya tunggal dan bertajalli dalam bentuk yang beraneka ragam melalui martabat tujuh. Wujud-Nya merupakan inti dan hakekat alam seisinya, sehingga semua benda, bahkan atom sekalipun tidak lepas dan wujud-Nya. Untuk bisa bersatu dengan Tuhan, suluk ini menegaskan bahwa manusia harus menjalankan syariah, tarekat, hakekat dan makrifat, karena keempatnya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Oleh karenanya, dalam mencapai tahapan manunggaling kawula Gusti, suluk ini tetap memerintahkan pelaksanaan salat lima waktu, zikir dan pengamalan akhlak mulia. Dengan demikian, terlihat bahwa dalam mengajarkan pencapaian tahapan manunggaling kawula Gusti, Suluk Sujinah lebih dekat kepada Islam ortodoks daripada yang heterodoks.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain