Text
Pers Dan Pencitraan Umat Islam Di Indonesia
Konflik Poso dan Maluku bukanlah konflik agama, melainkan konflik yang menggunakan simbol-simbol agama. Di sini, alih-alih menjelaskan akar konflik yang sebenarnya (bukan agama), harian Kompas dan Republika bahkan cenderung mencampur-adukkan antara fakta dan opini dan sudut pandangnya sendiri. Masing-masing media mengonstruk kelompok masyarakat yang direpresentasikannya secara Iebih positif dan, sebaliknya, mengonstruk kelompok lain secara lebih negatif. Tampak bahwa wartawan Kompas dan Republlka yang terjun sering kesulitan menanggalkan sentimen etnis dan agama dalam memberitakan konflik Poso & Maluku. Dalam konteks ¡ni, ada prasangka negatif terhadap kelompok yang berlainan agama dan prasangka positif terhadap kelompok yang seagama. Dengan cara pembentaan seperti ini, maka terdapat perbedaan pencitraan terhadap umat Islam. Di harian Republika, umat Islam direpresentasikan sebagal korban konflik sehingga berhak melakukan pembelaan diri (jihad), hal ini Republika secara terang-terangan membela aspirasi kelompok Islam. Adapun harian Kompas lebih memilih untuk tidak terlalu serius memberitakan/menyebut “konflik antarumat beragama,” berkaitan dengan kekhawatiran akan tekanan-tekanan dañ kelompok mayoritas. Namun, nama-nama Kristen lebih banyak.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain