Text
Pemberontakan Tasawuf
Ada tiga pola dan metode yang dilakukan umat Islam dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Pertama, kaum tekstualis-literalis yang berusaha memaharni agarna atas dasar teks-teks agama (Qur’an dan Sunnah) secara ketat. Kedua, kaum rasionalis yang berusaha memahami ajaran agama dengan pendekatan dan kekuatan akal untuk menyingkap hakikat agama secara kontekstual. Ketiga, kaum intuitif yang berusaha memahami ajaran agama lewat pendekatan kasyf dan ilhâm, dalam rangka mengungkap rahasia agama secara batînî. Ketiga pendekatan di atas benih-benihnya telah ada dalam praktik keberagamaan Nahi dan terus diwarisi oleh generasi sahabat dan para ulama Islam setelah Nabi wafat. Dalam perjalanan sejarahnya, ajaran Islam mengalarni berbagai penyimpangan. Dalam bidang filsafat, misalnya; masuknya filsafat dalam ranah pemikiran Muslim, yang diharapkan membangun rasionalitas Qur’ani, justru praktiknya melampaui batas-batas syar’i, di mana sebagian filsosuf justru menempatkan nalar di atas wahyu; dalarn bidang fikih, muncul sektarianisme mazhab, dan fanatisme buta; dalam hidang Tasawuf, pernikiran-pemikiran sufistik yang bertujuan dan berkomitmen menciptakan khusnul-khulq, justru dalam praktiknya tercampur bi’ah dan khurafat. Secara umum, “Pemberontakan Tasawuf” Taimiyyah dilatarbelakangi oleh kondisi kaum Muslimin pada masanya sudah tidak responsif terhadap tantangan zamannya, karena mereka salah memahami potensi Islam yang sebenarnya, sehingga Islam kehilangan relevansinya dengan dinamika kehidupan yang selalu berubah dan berkembang. Pasalnya adalah, karena umat Islam saat itu telah sedemikian absolut dan beku (jumud) alam keberagamaannya, sebab telah terpatri dengan praktek dan tradisi taqlîd serta penerimaan keberagamaan yang taken for granted tanpa pemikiran kritis meskipun dipenuhi dengan bid’ah dan khurafat.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain